Panggung Drama; Semua Bicara Politik


Indonesiaku sedang dilanda virus politik mulai dari kalangan atas sampai bawah, semua bicara politik.
Seakan tiada hari tanpa kopi politik, memang tidak bisa dibantah bahwa ajang pemilihan paling menegangkan di negeri garuda akan di gelar, memperebutkan siapa pemegang nahkoda selanjutnya. Akankah kita menonton drama baru atau menyaksikan kembali film yang hampir tamat di ujung tombak.
Semua opsi dan problematika, tentunya sudah kita ketahui dan telisik. Namun apakah kita akan disibukan dengan berbicara persiapan penampilan drama nanti, sampai lupa kinerja dan apa saja tugas yang harus terselesaikan.
Inilah yang membuat kami kembali mengulur tangan, merangkai kata, menabuh kalimat, ku sendiri tak tau apakah ini bermanfaat untukku dan pembaca?, yang kutahu inilah isi kepalaku sekarang tatkala mengangkat kacamata, ternyata mereka sedang asyik TERIAK POLITIK dalam PANGGUNG DRAMA.

_____________________________

Panggung Drama

Entahlah kawan
Sekarang drama apa yang sedang mereka mainkan
Menghentak kaki di atas panggung
Kita hanya menonton dari sudut tembok
Tak mengerti lakon apa yang akan tampil
Tatapku pada seberang
Ada kikik pemain di balik layar
Mereka asyik melempar tawa melihat kita melongo kebingungan
Kali ini kutelisik ada dua panggung utama yang tertancap megah di atas bumi garuda
Satu asik melempar janji jilid dua
Sejak kapan jaring yang pertama kami rasakan
Kedua, lelaki paruh waktu mendaftar edisi kembali
Padahal kakek di kampungku sibuk membicarakan masa lalu orang itu

Berdiri tegak tak berarti kami pasrah
Teriak bukan karena membelot
Itu semua karena peduli dengan drama ini
Siapapun nantinya yang menari dan menginjak panggung teras
Semoga janji di mulut menjadi tintah di atas kertas


17 Agustus 2018, Darosah, Kairo.

     *****

Semua Teriak Politik

Mahasiswa bicara politik
sampai lupa berapa diktat yang baru ia baca.
Santri bingung politik sampai baru sadar kalau kitabnya kini berdebu
Anak-anak teriak politik
sampai lupa kapan berbakti kepada orang tua
Ibu-ibu sibuk di dapur memasak pembicaraan politik
padahal anak dan suaminya menunggu belaian sayang
Bapak sedikit-sedikit bicara politik
sadarkah kau istri dan anak menanti nafkah bukan politik
Kakek di samping sibuk bicara politik
entah dia lupa bahwa usianya sudah senja
Bahkan
Ulama sibuk bicara politik
sampai lupa waktu dan tempat
semua teriak politik

Politik aku tidak membenci dan mencerca
Bagiku kau hanya mainan tipu daya
Tertawa ketika janji menjadi tanda tanya
Mendesis tatkala menyapa rakyat jelata

____________________________

Kami tidak menghina dan melecehkan politik, apalagi sampai mengharamkan. Namun kita juga harus bijak menempatkan posisi dan porsi dari tugas dan kewajiban utama dibandingkan bicara politik.
ibu-ibu dan suami harus lebih fokus untuk keluarganya tercinta.
Begitu juga mahasiswa dan santri harus fokus dengan akamedimisi dan studinya.
Anak-anak dan kakek harus ingat dengan usianya, serta ulama jangan lupa dengan tugasnya.
Sebuah syair arab berbicara :

أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ بِحُبٍّ مُتَوَسِّـــــــطٍ        فَعَسَاهُ يَوْمًـــــــــــــــا يَكُوْنُ لَكَ عَدُوًّا

Cintailah calon presidenmu dengan secukupnya saja, jangan berlebihan, karena bisa jadi dia menjadi musuhmu suatu hari nanti.
dan jangan benci calon presiden yang lain karena bisa jadi dia menjadi kebanggaanmu diwaktu yang lain.
Seperti kata seniman Indonesia Sojiwo Tejo "jangan membenci seseorang karena aku yang terlalu percaya dengan data, karna data bisa menipu. Namun mencintailah karena aku yang percaya dengan pilihanku"

Tunggu sejak kapan kuikut bicara politik, ah sudahlah, mungkin dari kemarin ketika kulihat bulan tersenyum padaku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Syekh Ad-Dardir

Mengenal Sosok Kharismatik Tuan Guru Muhammad Bakhiet bin KH. Ahmad Mughni

RESENSI KITAB TA'LIM MUTA'LIM