Siapa Bilang Tawasul Itu Haram

SIAPA BILANG TAWASUL TIDAK BOLEH

Saat al faqir berkunjung ke mesjid imam husein di kota mesir atau lebih tepat nya masih berada di sekitar tempat al azhar, rasa nya ingin menerangkan sedikit hal yang biasa di serang kaum wahabi/salafy akhir akhir ini yang menjadi mewabah bak hama yang menggerogoti padi di ladang sedikit demi sedikit walau terlihat dari luar dan kejauhan layak nya tak ada masalah tapi tatkala di dekati dan di sadari ternyata mereka sangat merusak dan merugikan kita tanpa kita sadari
Ya hal sering mereka meracuni kepada kita masyarakat ahlus sunnah wa jamaah ialah tentang mereka mengatakan tawasul adalah suatu aktifitas kesyirikan lagi bid'ah lebih lebih hal ini sering mereka berikan kepada kaum awam( orang orang kita yang baru menelaah tentang islam lebih mendalam) miris hati ketika mereka yang baru dalam belajar dan mempunyai semangat tinggi dalam memperdalam keislaman malah di racuni oleh pemahaman yang malah merusak
Nah di sini al faqir sedikit mengupas apa itu maksud tawasul sesungguhnya nya dan memberitahukan bahwa yang nama nya tawasul itu bukan aktifitas yang bid'ah lagi syirik seperti yang kaum wahana biasa lontarkan .

bertawasul itu bisa dengan nabi, shahabat, wali, ulama, orang shaleh, amal shaleh, tapi jangan beranggapan mereka punya kemampuan untuk menyampaikan do'a, melainkan kita berdo'a semoga dengan kemuliaan mereka, do'a kita diqobul Alloh.

Sewaktu kita belum bisa bersama Allah, maka hendaklah kita bertawassul(menyambung) dengan orang yang bisa bersama Allah. Ulama ahli Sunnah waljama'ah berpendapat di perbolehkannya bertawassul. Yang dinamakan tawasul yaitu: Segala sesuatu yang Allah jadikan untuk lebih dekat denganNya,atau untuk mencapai tujuan denganNya. Alangkah baiknya memandang tawasul dari 2 pandangan,yaitu: pandangan hakekat dan syariat.

Pandangan hakekat yaitu : memandang semua dari Allah, yang mengijabah do'a kita,rizki kita, hidayah kita, ilmu kiita, dll.
Pandangan Syariat yaitu : Memandang semua dari Allah,dengan memandang sebab-sebabnya.

Kita harus meyakini segalanya dari Allah, akan tetapi kita juga harus memahami untuk mendapatkan dari Allah, ada sebab dan wasilahnya, contoh : kita meyakini hidayah dari Allah,tapi ada sebabnya, seperti kita mengaji pada ulama atau bertadabbur dengan Al-Quran. Kita faham yang memberikan kita kenyang, sehat, derajat dll semua dari Allah, tapi ada wasilahnya, seperti makan, berobat,dan berusaha. Jika kita meyakini yang memberikan ijabah adalah wali atau yang memberikan kesuksesan adalah ulama, yang menaikan jabatan adalah atasan, yang memberikan pekerjaan adalah ijasah/keahlian kita, maka itu semua akan menyebabkan kita kufur. Maka ahli sunnah waljama'ah berpendapat bahwa kita meyakini semua dari Allah akan tetapi ada syariat, sebab dan wasilahnya,semua itu adalah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, dan termasuk Sunnatullah yang tidak bisa dirubah....

Dalam shahih Bukhari, Anas bin Malik RA menceritakan, bahwa dahulu jika terjadi paceklik "Umar bin Khaththab RA" meminta hujan kepada Allah SWT dengan bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muthalib. Sayyidina Umar berkata dalam Doanya:

أللهم انا كنا نتوسل اليك بنبنا فتسقينا وانا نتوسل اليك بعم نبينا فاسقنا

"Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdo'a kami bertawassul dengan Nabi-Mu, engkaupun menurunkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami berdoa kepada-Mu dengan bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan. (HR Bukhari).

Betul, tawassul pada selain NABI seperti para AULIYA' DAN SHALIHIN hukumnya boleh asalkan tidak berkeyaqinan bahwa orang yang dijadikan tawassul punya pengaruh, karena yang memberi manfa'at dan bahaya hanya ALLAH.

.التوسل بالأنبياء والأولياء في حياتهم وبعد وفاتهم مباح شرعا كما وردت به السنة الصحيحة،______وأما التوسل بالأنبياء والصالحين فهو أمر محبوب ثابت في الأحاديث الصحيحة وقد أطبقوا على طلبه بل ثبت التوسل بالأعمال الصالحة وهي أعراض فبالذوات أولى. بغية المسترشدين ص : ٢٩٧
Bertawasul dengan para nabi dan rasa aulia baik di waktu hidup nya maupun ketika mereka sudah wafat nya adalah sesuatu yang di boleh kan dalam syariat sebagaiman yang tercantum di dalam hadis shohib....
Dan adapun bertawasul dengan para nabi dan orang orang shohib adalah suatu perkara yang di anjurkan yang mana hal ini sudah termaktub di dalam hadis hadis shohih lebih lagi Bertawasul dengan bentuk amal sholeh mereka .
Bahkan ulama yang sering di elu elukan oleh kaum wahabi sendiri pun dan fatwa nya pun sering di unggulan oleh kaum wahana sekalipun membuat pernyataan tegas nya
قَلَ ابْنُ تَيْمِيِّ فِي الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَلَا فَرْقَ بَيْنَ الْجَيِّ وَالْمَيِّتِ كَمَازَعَمَ بَعْضُهُمْ فَقَبدْ صَجَّ عَنْ بَعْضِ الصَّجَابَةِ اَنَّهُ اُمِرَ بَغْضُ الْمُجْتاَ جِيْنَ اَنْ يَتَوَسَّلُوْا بِهِ صَلَّئ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ فِئ خِلَا فَتِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَتَوَ سَّلَ بِهِ قَقُضِئَتْ حَاجَتُهُ كَمَا ذَكَرَهُ الطَّبْرَانئِ

Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Shirath al – Mustaqim : Tak ada perbedaan antara orang hidup dan mati seperti yang diasumsikan sebagian orang. Sebuah hadist sohih menegaskan : Telah diperintahkan kepada orang – orang yang memiliki hajat dimasa khalifah Ustman untuk bertawassul kepada nabi setelah dia wafat. Kemudian, mereka bertawassul kepada Rosul, dan hajat mereka pun terkabul. Demikian diriwayatkan oleh ath – Thabrany.

ulama yang gencar menyebarkan faham ahlus sunnah wal jamaah pun tak tinggal diam, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki juga memberikan komentarnya tentang ayat – ayat yang digunakan dalil untuk mengharamkan tawassul. Ayat – ayat itu diantaranya :

فَلاَ تَدْعُوْا مَعَ اللهِ اَحَدً.الاية,لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِ وَالَّدِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ لَا يَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُمْ بِشَيْئٍ. الاية

Bahwa ayat – ayat ini ditujukan bagi orang – orang musyik yang menyembah berhala, tentunya berbeda dengan orang yang bertawassul yang hanya menjadikan sesuatu sebagai perantara menuju Allah Swt.
Wassalam semoga bermanfaat
Salam hormat kami para pecinta ziarah serta tawasul

Oleh : muhammad adam al banjary

Santri yang belajar di negri orang karna takdir semata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Syekh Ad-Dardir

Mengenal Sosok Kharismatik Tuan Guru Muhammad Bakhiet bin KH. Ahmad Mughni

RESENSI KITAB TA'LIM MUTA'LIM