GORESAN PENA DERITA PALESTINA

PALESTINA BAGAIMANA MUNGKIN AKU MELUPAKANMU

Aku memang bukan pejabat pemerintah bukan pula tokoh agama yang tiap ucapannya menjadi pusat perhatian, aku pun bukan seorang penyair yang pandai mengungkapkan perasaannya dalam lembaran kertas lalu meneriakannya dalam untaian kata-kata penuh makna, bukan pula seorang pelukis yang bisa menggambarkan goresan tuas mewakili tiap duka cita, aku hanyalah mahasiswa biasa yang suaranya ada tapi kadang tak pernah didengar bahasanya.

Orang bilang suara mahasiswa suara keadilan, tapi entah kenapa suara itu bungkam saat luka sembilu menyayat kulit anak-anak palestina.


Sudah sampaikah kepadamu kisah perjuangan anak-anak Palestina?
sudahkah kau dengar rintihan anak-anak Palestina ketika suara meriam menghantam tempat-tempat ibadah dan tempat tinggal mereka?
sudahkah kau lihat tetesan darah rakyat Palestina yang diinjak-injak kaum zionis sesuka hati mereka?
Ingatkah kau saat suara gemuruh jet tempur menghujani mereka tanpa melihat belas kasihan kepada insan yang tertatih-tatih mencari celah kehidupan?.

Sekarang dimana kita?
Siapa kita?
Bagaimana keadaan kita?
Kita dengan sepenuh hati tertawa terbahak-bahak saat tetesan air mata anak Palestina membasahi tanah kelahiranya, seakan tak pernah terjadi apa-apa dan berlagak tak pernah mendengar sedikitpun tentang pahitnya perjuangan hidup mereka yang sedang diujung tanduk.
Kita mengakunya umat beragama Islam yang katanya paling mengerti dan memahami apa itu "kasih sayang", tapi tatkala berita tantang tumpahan darah pejuang Palestina sampai ke telinga seakan kita buta arti kasih sayang dan peduli kepada sesama.
mereka bangsa Palestina adalah saudara kita satu agama yang sedang memperjuangkan hak asasi kemanusian yang dicincang oleh tentara zionis.
Sekarang dimana mereka yang biasa berteriak menyerukan tentang hak asasi?
Sekarang kamu lihat sendiri anak Palestina jauh lebih membutuhkanya ketimbang dirimu.
Ketika kiblat pertama umat islam dijajah bagaikan binatang peliharaan yang bisa diperlakukan sesuka hati, saat itu dimanakah perhatiaan kita umat yang bersaudara.

Oooh bangsaku
duhai agamaku
Dari kecil kita diajarkan arti "kasih sayang" untuk saling peduli kepada orang lain tapi tatkala beranjak dewasa arti "kasih sayang" berubah menjadi kasih sayang kepada lawan jenis dan seakan kita amnesia tentang kasih sayang terhadap saudara kita di Palestina.

Palestina bagaimana mungkin aku melupakanmu?

Bola mataku nanar tatkala duduk dipangkuan mesjid Al-Azhar mendengarkan kesedihan saudara kita satu agama disertai gemuruh teriakan masyarakat menyuarakan "bebaskan Palestina".

PALESTINA BAGAIMANA MUNGKIN AKU BISA MELUPAKANMU

Tertanda : Muhammad Adam
19 Februari 2018, dibawah naungan Al-Azhar.
___________________________________________

#HUT_KKMKM60
# بالروح والدم FOR MY BORNEO
#KMKM_PEDULIPALESTINA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Syekh Ad-Dardir

Mengenal Sosok Kharismatik Tuan Guru Muhammad Bakhiet bin KH. Ahmad Mughni

RESENSI KITAB TA'LIM MUTA'LIM