Tanah Sejarah
Tanah Sejarah
Kepada: Bapak Soekarno dan Indonesiaku
Oleh : Muhammad Adam Rosady*
Kali ini ketika cucuran darah berkisah masa lalu
Tentang dentum meriam yang menghangtam langit
Juga para pahlawan yang terkoyak hujan peluru
Air mata menjadi saksi sungai kesengsaraan
Yang diseret penjajahan sepanjang tanah sejarah
Di ujung tanah kampung itu kita kenang kembali
Seorang lelaki berjiwa api dan wanita berhati melati
Merumuskan sebuah perjanjian kemerdekaan
Dan menjahit kain merah putih di pangkuannya
Di tanah tumpah darah ini rakyatnya
Soekarno
Kami lanjutkan menegakkan perjuanganmu
Di atas mimbar-mimbar kedaulatan bangsa
Yang selalu berpegang teguh pada pancasila
Sebagai anak cucu penerus masa depanmu
Di tanah bersejarah
Kami tak akan pasrah dan menyerah
Meski air mata jatuh dan darah tumpah
Kami pantang untuk mengaku menyerah
Dan sekarang
Pejabat elit sibuk mempersiapkan diri di atas panggung
Sedangkan kami hanya menonton di sudut tembok
Tak mengerti lakon apa yang akan tampil
Dengan kepala melongo kebingungan
Kali ini kupandangi ada dua panggung utama
Yang tercancap megah di atas bumi garuda
Satu asyik melempar janji jilid dua
Sedangkan kami bertanya-tanya
“Sejak kapan janji pertama kami rasakan?”
Di seberang sana ada lelaki paruh waktu yang mendaftar edisi kembali
Padahal kakek di kampungku
Sibuk membicarakan masa lalu orang itu
Duhai Indonesiaku
Berdiri tegak tak berarti kami pasrah
Teriak bukan karena membelot
Itu semua karena kami peduli drama ini
Siapapun nantinya yang mengisi panggung teras
Semoga janji di mulut menjadi tinta di atas kertas
Azhar Mosque, Sumpah Pemuda 28 Oktober
*Devisi Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Murakata, Reporter Papadaan
Komentar
Posting Komentar